_vthReE_*TaRuHaN...uNtiL nEw yEaR...!!!PaGe 49 ;p*

mendingan klo bingung, gw ga usah lanjutin aja.....

biar ga tambah bingung....

Aku Hanya Ingin Melihat Bintang (part three)


“Pasti kamu dan Melody mendengar semuanya,” ucap wanita itu.

“Iya, kami mendengar semuanya, dan Melody...,” Indra memutus ucapannya. “A-pa semuanya benar?” tanya Indra dengan setengah tidak percaya.

“Iya,” jawab wanita itu sambilmengangguk pelan. Wanita itu masih menenangkan emosinya yang berantakan karena kejadian tadi.

“Apa Tante mau ceritain yang sebenarnya ke saya? Apa lelaki tadi memang ayah Melody yang selama ini Tante bilang bahwa beliau sudah meninggal?” Indra menyerang wanita itu dengan pertanyaan.

Wanita itu menarik napas panjang lalu melepasnya, “Pria tadi memang ayah dari Melody,” wanita yang terlihat sangat lelah itu menyandarkan diri pada kursinya, “Saat itu Tante masih berumur 20 tahun, dan pria itu adalah senior Tante di kampus. Mulanya dia adalah seorang pria yang baik, sampai suatu saat...,” mata wanita itu terlihat penuh penyesalan. Wanita itu melongos.

“Suatu saat?” Indra terlihat penasaran minta terusan kalimat itu.

“Pria itu datang menghampiri dalam keadaan mabuk, saat itu bahkan Tante baru mengetahui bahwa pria itu adalah seorang tukang mabuk. Dia memaksa masuk ke dalam kamar kost-an saya, dia memaki kesal. Saat itu dia sedang dalam kondisi stress karena dia gagal lagi untuk menyelesaikan kuliahnya,” perlahan bulir-bulir airmata mengalir di pipi wanita itu. “Saya hanya ingin menenangkan dia tapi dia emosi dan memukul saya, tiba-tiba saja semuanya terjadi begitu saja...seolah dalam sekejap mata...”

Indra menatap wanita setengah tua itu dengan iba, “Setelah itu Melody lahir?”

Wanita itu mengangguk sambil menyeka air matanya.

“Apa pria itu menikahi Tante?” tanya Indra dengan penasaran.

“Iya, tapi setelah Melody lahir, pria itu menghilang dan hanya memberi uang dan sebuah rumah melalui telepon atau rekening. Dia tidak pernah memperhatikan saya dan Melody sedikitpun,” wanita itu menerawang, tatapannya kosong.

“Tante sayang sama dia?” tanya Indra.

“Entahlah, yang pasti saya akan tetap menunggu sampai pria itu bersedia untuk menerima Melody apa adanya,” jawab wanita itu dengan senyum penuh harap.

***
Next...to be continoued...

Baguuuuss....

lanjutannya dunk....

D_e_f_i_n wrote:

v_ThReE wrote:

D_e_f_i_n wrote:

ryu_amakusa wrote:

mmm...klo diitung2, iya jg y....

priska:murah senyum.....
tp si rini kan orgnya kalem.....
wilson:ga demen? klo gt, siapa dunk.....

udah gana aja yg gantiin wilson,pasti vthree stuju...
ya kan fit?

Jangan ah,,,kesian...

trus siapa dong?...
julian?...

julian mo kmu jd in apaan dulu niy
klo peranna jelek
gue gag trimaaaaaaaaaaaaaaaaaa

awas lo jgn macem2 ma julian

J.LO wrote:

D_e_f_i_n wrote:

v_ThReE wrote:

D_e_f_i_n wrote:

ryu_amakusa wrote:

mmm...klo diitung2, iya jg y....

priska:murah senyum.....
tp si rini kan orgnya kalem.....
wilson:ga demen? klo gt, siapa dunk.....

udah gana aja yg gantiin wilson,pasti vthree stuju...
ya kan fit?

Jangan ah,,,kesian...

trus siapa dong?...
julian?...

julian mo kmu jd in apaan dulu niy
klo peranna jelek
gue gag trimaaaaaaaaaaaaaaaaaa

awas lo jgn macem2 ma julian

kan gw cuma nanya doang...
gak bakalah gw tega sm kak julian....

D_e_f_i_n wrote:

J.LO wrote:

D_e_f_i_n wrote:

v_ThReE wrote:

D_e_f_i_n wrote:

ryu_amakusa wrote:

mmm...klo diitung2, iya jg y....

priska:murah senyum.....
tp si rini kan orgnya kalem.....
wilson:ga demen? klo gt, siapa dunk.....

udah gana aja yg gantiin wilson,pasti vthree stuju...
ya kan fit?

Jangan ah,,,kesian...

trus siapa dong?...
julian?...

julian mo kmu jd in apaan dulu niy
klo peranna jelek
gue gag trimaaaaaaaaaaaaaaaaaa

awas lo jgn macem2 ma julian

kan gw cuma nanya doang...
gak bakalah gw tega sm kak julian....

nah gitu dunk!

nah....

lanjutan critanya mana lg nih.....

Yg punya blogny blum dateng uy...

v3 kmana yah??

kyknya dy lg mikirin crita selanjutnya d......

Gag Mungkin krn cerita ini uda pernah dibuat....

iya jg y....

Hay smua.......


cieee..........pd jd mod.....


jd mlu klw ol ma org2 mod...tp hobi postnya sama ama anak2 mod...
*Gw jd inged sama Andreas_Bangnet...ga mod tp jmlh postingan mantabh!*


Aduuuh............aq senang skali...........Akhirnya hubzqu dengan Fajri udh mulai membaik...ada ngobrolny dikiiiiiiiiiiiiit.....td beberapa kali gw sama dia ketangkep basah lg saling lyaaaat...oooh i missed that moment!!!


Oh iya, ga mw panjang lebar deh...gw langsung aja naro crita gw...gw bakalan ga tyap hari nih ol, mungkin bakal jarang dlu...hehehe....ga ada apa2 c...cuma...mw bwt novel, mw mengurusi hubz gw sama Fajri, sama Fendra, sama Arie(My charlie's angels, hehehe...), mw ngapain lg ya...banyaklah yang pengen gw kerjain, nyembuhin gw yg sakid nih...flu! Mungkin skarang2 c dua hari sekali chatnya, tp ga tw deh ntaaar...

Aku Hanya Ingin Lihat Bintang (Part Four)

“Gue gak ngerti deh sama lo, Mel,” ucap Maura tiba-tiba.

Amel, cewek yang dimaksud mengerutkan keningnya. “Gak ngerti gimana, Ra?” tanya Amel minta penjelasan.

“Gini loh, kan elo suka sama Indra. Tapi koq lo jahat sama Melody, sahabatnya Indra,” jawab Maura dengan nada heran. “Padahal jelas-jelas, dimana-mana kalau mau deket sama cowok yang kita suka, harusnya kita baik sama sahabat terdekatnya.”

“Ra, masalahnya si Melody tuh gak bisa diminta tolong buat deketin Amel sama Indra, bisa apa tuh si buta!” tukas Rika sambil mengunyah mie ayamnya.

“Melody baik loh,” ujar Maura dengan nada kagum. “Dia juga sabar ngadepin Amel yang kayaknya gak tau deh gimana caranya menarik perhatian cowok yang disuka biar suka. Bukan dibenci!” Maura mendelik Amel dengan jutek.

“Maksud lo apa sih, Ra? Kenapa hari ini tiba-tiba lo ngebela si buta itu?” tanya Amel dengan nada sedikit marah.

Maura tertawa remeh, “Gapapa. Hari ini gue ketemu Melody, dia udah nolongin gue, jadi gue ngerasa kayaknya tu cewek gak pantes buat direndahin sama elo, Mel. Soalnya dia tuh gak jahat sama gue walaupun udah jelas, gue juga sering gangguin dia. Hebat loh...!” ujar Maura dengan nada sedikit tinggi.

Amel menggebrak meja kantin dengan kesal, “Ra, gue tuh lagi sensi! Jangan cari masalah deh!” bentak Amel. Seketika mata para pengunjung kantin tertuju pada Amel the gank.

“Gue cuma minta lo berubah dikit aja sama Melody, Mel. Katanya mau buat si Indra suka sama lo...Kalau dengan nyiksa Melody, itu jalan yang salah, Mel!” Maura gak kalah membentak penuh kesal.

“Ooh...jadi dengan ditolong sedikit lo langsung menyanjung si Melody itu? Wah, jangan-jangan waktu ditolong lo dipelet lagi sama si buta itu, biar lo jadi hormat sama tu cewek...,” Amel tersenyum penuh hina pada Maura.

Maura langsung naik darah, “Mel! Jaga mulut lo. Bukan Melody yang rendahan, tapi elo tuh yang cewek rendahan!” bentak Maura yang lalu pergi meninggalkan Amel yang merasa tersinggung.

***

Di sebuah taman, Indra dan Melody duduk bersebelahan. Melody hanya diam dengan mata tunanetranya yang lurus ke depan seolah-olah dia tidak ingin memedulikan Indra yang sedang berbicara panjang lebar.

“Melody...lo ngerti khan sama cerita gue?” tanya Indra setelah menceritakan apa yang sebenarnya dialami sang wanita sebelum Melody lahir.

Melody diam, dia memang tak mau bicara dengan siapapun sejak kejadian kemarin. Ketika dia mendengar semua teriakan ibunya dengan seorang pria.

“Mel...gue mau lo maafin nyokap lo. Kalo lo diem gini, yang sakit hati bukan elo aja...nyokap lo juga!” ucap Indra dengan sedikit memohon.
Melody beranjak berdiri dan berjalan meninggalkan Indra.

“Melody! Gue bener-bener memohon sama lo! Gue harap lo mau memenuhi permohonan gue...,” teriak Indra dengan penuh mohon.

***

Melody hanya diam, pikirannya berkecamuk dalam setiap langkahnya. Hatinya sakit tapi dia sayang pada sang wanita yang sudah merawat dan melindunginya sejak kecil dan selalu siap membela dirinya jika ada orang yang menghinanya.

Maura, cewek yang merupakan salah satu anggota gank Amel yang baru saja tadi pagi ditolong Melody karena terjatuh dari sepedanya di depan rumah Melody juga sedang berjalan dari arah berlawanan. “Apa bener ya gue dipelet sama Melody? Tapi dia kelihatannya tulus deh nolongin gue. Buktinya walaupun gue nanggepin galak sama kebaikan dia, dia malah senyum! Dan itu juga bukan senyum kemenangan karena berhasil melet gue!” pikir Maura penuh kebingungan.

Sedangkan Melody terus memandang ke atas, “Bintang, kamu dimana? Aku bener-bener lagi bingung, aku benci sama Bunda, tapi aku juga sangat sayang sama dia. Bintang, aku tau sekarang bukan malam hari waktunya kamu muncul...tapi apa kamu mendengar aku? Bintang bantu aku cari keputusannya...,” pikir Melody dengan bimbang. Hanya bintang tempat dia mencurahkan segala isi hatinya. Melody terus menerawang, setetes air hujan menetes di pipinya.

“Hujan?! Aaah...gue gak bawa payung lagi!” gerutu Maura kesal. Cewek itu terus berjalan dan hendak menyebrang. Maura berdiri diam sambil memeluk dirinya sendiri yang menggigil kedinginan. Ternyata Melody terlihat terus berjalan dari arah seberang. “Itu Melody khan? Tumben gak sama Indra?” pikir Maura heran.

Tapi ternyata Melody terus berjalan, dia tidak tahu bahwa jalan raya yang dipenuhi mobil berkekuatan cepat ada di depannya. “Bintang...aku ingin melihatmu sekarang...Aku ingin menangis...Cuma kamu tempat aku curhat...,” teriak Melody dalam pikirannya.

Tiba-tiba, “MELODY...!!!” teriak Maura panik ketika Melody di tengah jalan raya dan sebuah mobil melaju kencang.

Seketika ada tangan yang mendorong Melody, jelas Melody tersentak kaget.

Maura terkejut melihat siapa yang kini tertabrak sebuah mobil, tapi dia terus berlari menuju Melody dan memeluk cewek itu,“Melody, lo gapapa?” tanya Maura panik.

“Maura ya? Ra, siapa yang dorong gue, Ra? Siapa?” tanya Melody dengan perasaannya yang tidak enak. Maura diam melihat sosok yang tadi menolong Melody yang kini diangkat ke pinggir jalan oleh warga setempat. “Maura...jawab pertanyaan gue, siapa yang udah dorong gue? Perasaan gue gak enak...Ada yang ketabrak? Siapa?” Melody terus bertanya. Tapi Maura terus diam, dirinya juga sangat shock. Gak mungkin kalau dia bilang ke Melody kalau yang udah nolongin cewek itu adalah salah satu orang yang sangat disayanginya.

***

To Be Continued next post...

Aku Hanya Ingin Melihat Bintang part 5

Maura membawa Melody ikut ke rumah sakit dimana orang yang sudah menolong Melody dibawa ke sana.

“Ra...lo jawab dong pertanyaan gue, siapa tadi yang udah nolong gue?” tanya Melody masih penasaran.

Seorang dokter keluar dari ruang Gawat Darurat. Maura langsung menghampiri dokter itu, “Ayah, gimana kondisi orang itu?” tanya Maura penasaran. Ternyata dokter itu adalah ayahnya.

“Keadaannya kritis, Nak,” jawab Dokter itu. “Dia mengalami banyak pendarahan, dan dia akan mengalami trauma”

“Maura...orang itu siapa, Ra??? Siapa...???” tanya Melody penuh kepanikan.

Maura diam sesaat sambil memandang Melody dengan berat hati, dia enggan untuk bilang siapa orang yang sudah menyelamatkannya. “Dia...,” Maura mengambil napas panjang sebelum berbicara.

“Siapa?” tanya Melody penasaran.

“Sahabat lo, Mel...Indra,” jawab Maura pelan. Melody diam sesaat, dia langsung menangis. Maura langsung memeluk cewek itu.

Tiba-tiba datang seorang wanita, wanita itu terlihat panik. “Melody...!!!” panggil wanita itu.

“Bun..bunda???” panggil Melody dalam isaknya. Cewek itu langsung mencari sosok wanita yang sangat panik kepadanya. Sang wanita langsung memeluk Melody, “Bunda...maafin aku...,” ucap Melody sambil terus menangis.

“Iya, Bunda juga minta maaf karena tidak pernah membicarakan ini sama kamu,” sang wanita pun ikut menangis.

Sesaat kemudian, datang sepasang suami istri. Begitu melihat Melody, sang istri langsung naik darah, “Gara-gara kamu, Buta! Gara-gara kamu anak saya tertimpa musibah! Kalau saja dia tidak berteman dengan kamu...,” bentakan sang istri dipotong oleh wanita yang sedang dalam kondisi sedih.

“Terima kasih, karena anak anda sudah menolong anak saya. Jika anak anda mengalami apa-apa, biar saya dan anak saya yang bertanggung jawab. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih,” ucap wanita itu sambil tersenyum dan mengajak buah hatinya pergi.

***

Melody terus diam di teras kamarnya. Dia terus menengadah ke atas. Dia merasa sangat bersalah pada Indra. “Bintang...aku takut Indra kenapa-napa...Jangan sampai dia meninggal...Ya Tuhan, bantu Indra untuk sembuh...Aku mohon...,” ucap Melody dalam hatinya. Ini sudah satu minggu Melody terus diam di teras kamarnya setiap malam.

“Sayang...,” panggil seorang wanita sambil perlahan membuka pintu teras kamar anaknya.

“Bunda...?” ujar Melody sambil menyeka air matanya.

“Sayang...tadi ada telepon dari rumah sakit, tentang Indra,” tukas wanita itu sambil memeluk sang buah hati.

“Indra kenapa, Bunda? Dia baik-baik aja khan?” tanya Melody dengan cemas.

Wanita itu tersenyum, “Iya, Indra tadi pagi sadar, besok kita tengok yuk,” ajak wanita itu dengan muka senang.

Melody tersenyum bahagia, “Indra sadar? Iya,iya, Bunda, aku mau tengok dia besok! Aku mau minta maaf...aku mau makasih sama dia,” ucap Melody dengan muka sumringah.

***

“Bagus deh, elo udah sadar, Ndra. Gak kebayang gimana Melody kalau elo tinggal,” ujar Maura sambil tersenyum. Cewek itu juga mendapat kabar dari ayahnya.

“Lo ngapain bahas Melody, bukannya lo benci sama dia?” tanya Indra dengan heran.

Maura tersenyum, “Buat apa juga gue benci sama dia, Ndra. Gue sekarang pengen banget jadi temen buat dia, gue selama ini cuma ngikut Amel aja buat benci sama Melody, tapi....ternyata dia baik. Gue jadi nyesel udah nindas dia...,” ucap Maura sambil tersenyum.

Indra balas tersenyum, “Baguslah...masih ada orang yang mau jadi temen buat Melody...,” Indra memandang keluar rumah sakit. “Makasih, Ra, lo udah mau jadi temen Melody, jagain dia ya...,” ujar Indra dengan senyum yang tersirat rasa sedih.

Maura melipat dahi, “Kesan lo mau mati aja, Ndra...,” Maura tersenyum heran.

Indra hanya tersenyum menanggapinya.

***

Melody menangis sambil menggenggam tangan Indra dengan erat.

“Mel, gue maafin elo kok, gue kan celaka gini bukan karena elo, tapi karena gue sendiri...Seorang sahabat pasti selalu ingin melindungi sahabatnya,” ucap Indra sambil tersenyum dan membelai rambut Melody dengan tangannya yang satu lagi. “Ucapan ortu gue gak usah lo pikirin, namanya juga orang tua, pasti selalu tak ingin anaknya kenapa-napa...,” lanjutnya.

“Indra, makasih ya udah nolong Melody waktu itu,” sang wanita terhenyak dengan kata-kata Indra. Wanita itu membelai rambut anaknya, Melody, “Bunda juga tak ingin kamu kenapa-napa, Nak...”

“Mel, gue lusa juga udah pulang...Mama dan Papa lebih memilih gue rawat jalan daripada rawat inap,” tukas Indra tiba-tiba. “Nanti lo main aja ke rumah...,” ajak Indra.

“Indra, orang tua kamu melarang Melody untuk bertemu kamu,” imbuh sang wanita dengan muka sedikit kecewa.

Indra menatap wanita itu dengan sangat kecewa, “Ya udah, nanti gue aja yang ke rumah elo, Mel. Yang pastinya kalau gue udah sembuh, gimana?” usul Indra dengan senyum sumringah.

Melody yang daritadi terdiam akhirnya buka suara, “Janji ya, Ndra?” Melody mengacungkan jari kelingkingnya.

“Iya, gue janji,” ujar Indra sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Melody. Keduanya pun tersenyum.

***

to be continued in next post...

Aku Hanya Ingin Melihat Bintang (last part!!!)

Sudah seminggu Melody bersabar menunggu dan berdoa agar Indra dapat cepat sembuh. Tiba-tiba, “MELODY!” panggil seseorang yang Melody hapal suaranya, itu Indra.

Melody bergegas menuju depan rumahnya, sesampai di ruang tengah ternyata sang wanita keheranan melihat anaknya bergegas. “Melody, ada apa? Buru-buru amat?” tanyanya.

“Ada Indra, Bunda!” ucap Melody dengan sumringah. “Tadi dia manggil Melody! Aku ke depan dulu ya!” cewek itu langsung menuju depan rumahnya.

Sang wanita hanya terhenyak heran, “Indra?” gumamnya. Tiba-tiba telepon berdering. Wanita itu langsung mengangkatnya, “Halo?”

“Dengan rumahnya Melody?” ucap suara seberang sana.

“Betul, dengan siapa ini?” tanya wanita itu dengan lembut.

“Ini Maura,” jawab suara seberang sana yang ternyata Maura.

“Ooh, Maura, ada apa? Ini Bundanya Melody, Melody lagi ke depan” wanita itu penasaran karena nada suara Maura yang sesegukan.

“Gini tante...,” Maura diam sesaat dan dua menit kemudian baru buka suara.

***

“Indraaa.........,” panggil Melody dengan senang. Cewek itu terus berjalan ke depan rumahnya dan hendak membuka pagar untuk Indra.

“Emm...Mel, ga usah. Gue cuma mau ngomong sesuatu sama lo,” ujar Indra pelan dan lembut.

Melody berkerut heran.

“Mel, sekarang lo udah sadar khan, kalau gak semua orang benci sama lo. Sekarang lo udah punya Maura dan Tante Lina yang selalu ada buat lo,” Indra mengucap kata-katanya dengan berat. “Dan gue rasa...sekarang saatnya gue ngabulin satu lagi permintaan lo. Yaitu...ngelihat bintang,” Indra menyunggingkan senyumnya dengan miris.

“Indra...lo ngeledek gue? Gimana caranya gue lihat bintang?! Gue khan tunanetra, Ndra...gak mungkin bisa...,” Melody merendahkan dirinya.

Tiba-tiba Indra memegang kedua pipi Melody dengan tangannya, dingin. “Mel, lo bisa! Dengan mata gue, lo bisa lihat dunia, lo bisa lihat bintang, tanpa harus lo bayangin lagi semuanya seperti apa... Oke?” ujar Indra dengan air matanya yang menetes. “Gue harus pergi, gue pulang dulu ya. Lo pasti bakal baik-baik aja. Selamat tinggal ya, malaikat bintangku...,” lanjut Indra yang lalu melangkah pergi.

Melody hanya diam, hatinya serasa teriris-iris. Air matanya langsung mengalir. Dia terdiam sesaat, hingga akhirnya,”Indra...lo mau kemana, Ndra? Indra...jangan ninggalin gue...,” isak Melody.

Seorang wanita datang dari dalam rumah. Wanita itu memeluk buah hatinya yang tengah menangis. “Sayang...tadi ada telepon dari Maura,” bisiknya dengan nada berat. Dia tidak sanggup memberi tahu yang terjadi. “Katanya...Indra terjatuh dari tangga lantai 2 rumahnya, dan luka di kepalanya terbuka lagi dan berakibat fatal...,” wanita itu menarik napas panjang. “Indra...meninggal, sayang,” ujar wanita itu dengan sakit.

Melody yang mendengar setiap kata demi kata dari ibunya itu hanya bisa diam dan menangis sambil memeluk sang ibu erat-erat.

***

3 tahun kemudian...

Kini Melody sudah dapat melihat. Berkat kornea mata Indra yang didonorkan sebagai pesan terakhirnya, Melody kini dapat melihat dunia, melihat bintang, melihat wajah sang Bunda, dan...melihat makam Indra yang batu nisannya berdiri kokoh dengan tulisan Indra Rafael Gunawan.

Melody terduduk di samping makam itu, di sebelah Melody, Maura pun terdiam.

“Mel, akhirnya lo siap untuk dateng ke makam Indra,” tukas Maura sambil menaburkan bunga.

Melody menoleh kepada Maura, “Kalau enggak, selamanya gue cuma akan berpikir Indra masih hidup dan sekarang lagi sekolah. Gue harus siap nerima, Ra, kalau Indra...,” air mata Melody menetes. “Dia udah gak ada, Ra...tapi gue sangat berterima kasih sama dia, berkat dia gue bisa lihat semua yang gue pengen lihat. Tapi satu yang gak bisa gue lihat...,” Melody tersenyum miris.

“Apa, Mel?” tanya Maura sambil merangkul sahabatnya itu.

“Gue gak bisa lihat Indra, yang dia sering bilang ke gue kalau dia sering main basket. Gue gak bisa lihat itu. Dan gue gak bisa lihat senyumnya. Satu lagi, gue gak bisa memandang dia, seperti dia memandang gue selama ini,” Melody mulai terisak. Dibelainya batu nisan Indra.

“Mel, lo sekarang lagi saling memandang kok sama Indra. Karena mata Indra sekarang adalah mata elo,” ucap Maura sambil menyodorkan tissue pada Melody.

Melody tersenyum dan menoleh pada sahabatnya itu, “Makasih ya, Ra,” imbuhnya.

“Itulah gunanya sahabat..., sekarang mending kita makan siang, laper nih!” pelas Maura sambil tersenyum manja dan berdiri. Maura mengulurkan tangannya pada Melody, “Ayo...,” ajak cewek itu.

Melody memandang tangan Maura, “Ayo!” Melody membalas uluran tangan Maura. Sebelum melangkah, Melody menoleh pada makam Indra, “Makasih, Ndra, lo emang the best!” ucap Melody sambil tersenyum.

“Hah? Ngomong apa lo, Mel?” tanya Maura penasaran.

“Enggak...udah ah! Makan yuk...,” ujar Melody sambil mendorong Maura untuk terus melangkah.

TAMAT

komentnya ya...temandh2...

Keren ya ampun....

Lo tw ga sih...

dr prtm gw baca cerita ni...

Gw ad kesan sama Indra

Coz Indra tuh nama Shbt gw yg masi gw musuhin smpe saat ini...

Sikap2 dy yg dlu sama bet kek Indra di cerita ini...

riuzz_93 wrote:

Keren ya ampun....

Lo tw ga sih...

dr prtm gw baca cerita ni...

Gw ad kesan sama Indra

Coz Indra tuh nama Shbt gw yg masi gw musuhin smpe saat ini...

Sikap2 dy yg dlu sama bet kek Indra di cerita ini...

Hahaha...klw gw c, nama Indra dsni...ada bnyk alesannya

1. dr dlu gw hobi bangedh ksh nama Indra di cerpen gw

2. sampe akhirnya SMA gw ketemu seseorang namanya Indra

3. dan orang itu jd cinta pertama gw, wlw gw ga bisa dptin tu cwo, dia tetep ada di hati gw...

Iy Vth....

ampun dah gw sama yg namany Indra....

Dulu orgny tu baeeeek bet sama gw..

Smp dlu gw juga Pernah ad rasa ama dy...

Tapi ternyataaa....

Beuh...

riuzz_93 wrote:

Iy Vth....

ampun dah gw sama yg namany Indra....

Dulu orgny tu baeeeek bet sama gw..

Smp dlu gw juga Pernah ad rasa ama dy...

Tapi ternyataaa....

Beuh...

sabar ya, Rin...

eh, gw lg seneng,,,Fajri ama gw dah mulai ada komunikasi lg deeeh...tp temen gw, Ayu, malah jauh. Tp skrg dy deketnya ama Fendra, temen gw juga....gw jd takut penyebab gw jauh ama Fajri itu...

iy....

bwat karin....santai aja lg......

Tengkyu smuaaa.....

Hahahay...

Sante aj Lagi...

Lebih sakit Jatoh dari motor, Gabisa jalan 3 Hari, Ga bisa ngapa2in, Liat Motor rusak drpd Harus Mikirin Org ntu....

riuzz_93 wrote:

Tengkyu smuaaa.....

Hahahay...

Sante aj Lagi...

Lebih sakit Jatoh dari motor, Gabisa jalan 3 Hari, Ga bisa ngapa2in, Liat Motor rusak drpd Harus Mikirin Org ntu....

betuuuullll!!! Lbh sakit ilang suara, ga bisa ngomong, flu 3-5 hari....

Sakit fisik Menghilangkan Sakit di Hati....

Gitu lah...

riuzz_93 wrote:

Sakit fisik Menghilangkan Sakit di Hati....

Gitu lah...

mendingan sakit gigi drpd sakid hati...hehe